Tuesday, 17 July 2012

Tawaran Romantis Dan Keindahan (Kota) Paris (Saint-Germain)



Paris memang selalu menawarkan keindahan dan keromantisan, kali ini kota yang terletak dibagian utara Perancis yang terkenal dengan menara Eiffel-nya ini mencoba menawarkan keromantisannya dalam hal sepak bola.

Sudah lama kota Paris tidak menawarkan sesuatu yang romatis dalam bentuk sepak bola, terakhir kali mereka melakukannya dalam event Piala Dunia 1998, sebuah tempat bulan madu yang indah bagi Zinedine Zidane dkk.

Layaknya wabah Black Death yang melanda kota Paris pada tahun 1348, yang sedikitnya menewaskan 800 orang per harinya, klub sepak bola di kota Paris pun hilang satu per satu, hingga akhirnya pada tanggal 12 Agustus 1970, Paris Saint-Germain terlahir untuk mewakili kota ini, dan entah karena embel- embel Saint-Germain dibelakang kata Paris, PSG berhasil merajai Perancis dan Eropa walau hanya di turnamen sekelas Winner Cup dan Intertoto.


Kini Pangeran Saint-Germain terlahir dalam bentuk Nasser Al-Khelaifi, lewat Qatar Investment Authority, Ia mencoba membangun Paris Saint-Germain berdiri lebih tinggi dibanding menara Eiffel sebagai trademark kota Paris. 

Bukan sebuah pekerjaan yang mudah, tapi dengan uang yang melimpah Nasser Al-Khelaifi dapat mencoba menyulap PSG dari batu permata yang kecil menjadi sebuah batu permata yang besar, seperti yang dilakukan oleh Comte de saint Germain terhadap batu permata milik Louis XV.

Lihat saja pemain yang telah Ia datangkan ke kota Paris, hampir semuanya mempunyai jaminan kelas wahid dengan harga yang tinggi. Lavezzi, Thiago Silva, Thiago Motta, Pastore dan belum lagi Ibrahimovic yang akan mendekati Samuel Eto’o sebagai pesepak bola dengan gaji termahal di dunia. Dengan iming- iming uang yang besar sulit bagi klub dan pemain tergoda keindahan dan romantisnya kota Paris.

Menarik menunggu kiprah Paris Saint-Germain dikancah Eropa nanti, dengan uang yang melimpah mampukah Nasser Al-Khelaifi yang dibantu oleh deputinya, Leonardo dan Carlo Ancelloti membawa Paris Saint- Germain menjulang lebih tinggi dibanding menara Eiffel di kota Paris atau layaknya City dan Chelsea mereka kudu bersabar menunggu ‘waktu yang tepat’?.