I’m writing to you from 6 years in the future and I have some advice for you.
Congratulation on launching Deadman Records. Finally, your dream when you were 14 comes true. You started this from zero when we were 18 and you will learn so much from this. You will get ups and downs. You will visit many places that you have never thinking that you will go there one day. You will involve in a business that you dont understand. You will meet so many people. You will travel from Java to Bali. Singapore to Malaysia. Meet people from other regions. You will have happy doing it. You will meet your idols and share laugh with them.
In 21, you will get everything you want. You will kiss girls more than you ever think before. Your business, everything is good. You have money, you can use it on everything you want.
In 22, you watch Liverpool 2 times. You travel so much. From Saudi to HK. More money in your accounts. You start a startup company. Get fund. High incomes.
23? you will run a clothing company, fall in love again. Friendzone but you love the situation. Watching Metallica 2 times.
But please pay attention.
There will be times when you want to give up and throw everything in. Someone will fuck you up. Ruin your business in 24. And all the things you've ever built will perish in just a month.You fucked up on your study, you ruin your parents plans. Your start up that you built whey you were 22, failed.
It doesnt stop there. You will know how it feels, when the girl that you love doesnt love you back.
No money, you will in debt. Your friends betray you. You will be in a situation where you in an emotionally vulnerable place while in the same time you have to finish your study. You can afford to pay your gas for your car. You will lose your weight, stress, frustration and just sleep 2-4 hours per day.
No, please, don't regret it, because you told your parents that you wouldnt go to medical school.
don't regret it, you reject the opportunities to study in Undip and Polban.
don't regret it, you realize that you chose the wrong subject in college.
don't regret it, you cheat on the girl you love.
don't regret it, you dont study so hard and leave class to do stuffs or something that you love.
Don't regret it that you took this path rather the other one.
Yes, you will fail, but who doesn't? Failing sucks. There's no other way to describe it. But if you are going to fail, make it happen sooner than later.
Do not ever give up, not without a fight.
You took a risk when you left class and just sit there in a coffee shop or your bed room, just trying to figure out things that may not there. It will be worth, trust me.
Please take more risk, take more chances, even when you have to do it all alone. Even when people will tell you that you are fool. Even when people say that enough is enough. Even your parents tell you that they are done with you.
Let your dreams guide your path.
It will make you suffer and makes you cry every night.
But you will bounce back. And things will change.
One day, someone will lift you up, and restore your faith.
Like one of your favourite author’s, Neil Gaiman wrote:
Make New Mistakes. Make glorious, amazing mistakes. Make mistakes nobody's ever made before. Don't freeze, don't stop, don't worry that it isn't good enough, or it isn't perfect, whatever it is: art, or love, or work or family or life.
Whatever it is you're scared of doing, Do it.
Make your mistakes, next year and forever.
So, good luck.
Regi.
every words tell a story
from these words I shout the world
Sunday, 12 February 2017
Monday, 7 November 2016
Kenapa saya tidak membaca Dilan atau Milea
Sering ditanya, gimana buku Dilan, gimana buku Milea karangan Pidi Baiq. Ok ini jawaban saya:
1. Saya membaca Dilan, tapi tidak beres. Ceritanya biasa, bagi saya terlalu teenlit. Saya baca juga gara- gara penasaran tapi kemudian saya berikan ke ponakan saya. Terakhir buku teenlit yang saya baca itu, Perahu Kertas-nya Dewi Lestari, itu juga gara- gara deketin cewe buat bobo eh jalan bareng yang kemudian berakhir jadi mantan.
2. Penggunaan bahasa yang kurang sreg, kalo mau baku yah baku sekalian, klo mau slang, yah slang aja sekalian.
3. Jalan ceritanya juga mirip film- film remaja nanggung yang gemes- gemesan. Bagi saya generasi milenial yang sudah berumur seperempat abad, it's not kind of my thing anymore.
3. Jelek ga? kurang tau, silakan baca sendiri, bagi saya seeh tidak ada yang istimewa. Dari segi cerita yang bikin saya cepat bosan dan genre teenlit yang bukan konsumsi saya lagi. Bagi saya kurang menarik walau tetap Pidi Baiq masih salah satu copywriter terbaik di Indonesia menurut saya.
1. Saya membaca Dilan, tapi tidak beres. Ceritanya biasa, bagi saya terlalu teenlit. Saya baca juga gara- gara penasaran tapi kemudian saya berikan ke ponakan saya. Terakhir buku teenlit yang saya baca itu, Perahu Kertas-nya Dewi Lestari, itu juga gara- gara deketin cewe buat bobo eh jalan bareng yang kemudian berakhir jadi mantan.
2. Penggunaan bahasa yang kurang sreg, kalo mau baku yah baku sekalian, klo mau slang, yah slang aja sekalian.
3. Jalan ceritanya juga mirip film- film remaja nanggung yang gemes- gemesan. Bagi saya generasi milenial yang sudah berumur seperempat abad, it's not kind of my thing anymore.
3. Jelek ga? kurang tau, silakan baca sendiri, bagi saya seeh tidak ada yang istimewa. Dari segi cerita yang bikin saya cepat bosan dan genre teenlit yang bukan konsumsi saya lagi. Bagi saya kurang menarik walau tetap Pidi Baiq masih salah satu copywriter terbaik di Indonesia menurut saya.
Thursday, 14 April 2016
Kita dan Mereka yang Dipariahkan
Mimpi terkadang menyesatkan, membawa kita ke tempat yang tak pernah kita bayangkan, namun, selalu ada keajaiban bagi mereka yang benar- benar menginginkannya dan mencoba meraihnya.
Siapapun pernah merasa terbuang, dicampakan, diremehkan, tak dianggap karena bodoh, aneh, miskin, lemah atau kombinasi semuanya. Jika Anda belum pernah, coba sekali saja, rasakan berada di posisi itu. Tak perlu lama- lama, cukup satu hari saja. Lalu nilailah diri anda, apa benar Anda seburuk itu. Jika benar, butuh seberapa besar harapan untuk anda lari dengan kemungkinan untuk memperbesar kemungkinan dari segala ketidakmungkinan.
Siapapun pernah merasa terbuang, dicampakan, diremehkan, tak dianggap karena bodoh, aneh, miskin, lemah atau kombinasi semuanya. Jika Anda belum pernah, coba sekali saja, rasakan berada di posisi itu. Tak perlu lama- lama, cukup satu hari saja. Lalu nilailah diri anda, apa benar Anda seburuk itu. Jika benar, butuh seberapa besar harapan untuk anda lari dengan kemungkinan untuk memperbesar kemungkinan dari segala ketidakmungkinan.
Selalu ada oligarki, di manapun itu, dalam rimba- rimba belantara, beton- beton tinggi kota Jakarta atau bahkan dalam miniatur hidup rumput- rumput hijau lapangan sepakbola. Bagi siapapun yang ingin menantangnya dan mencoba meruntuhkan hegemoni si penguasa harus siap compang- camping dipermalukan atau kalah telanjang.
Saya sama sekali belum pernah menginjakan kaki di kota Leicester, sama sekali belum pernah. Namun, jika dilihat dari penelaahan singkat saya di Google, tak ada hal yang begitu istimewa di kota tersebut. Dari data di wikipedia, daerah tersebut penuh dengan para imgiran dari berbagai belahan dunia. Sedikit berada di tengah, sering dianggap bukan menjadi bagian dari Utara Inggris yang metropolis. "You're just a town full of Paki, town full of Paki." Begitu teriak ejekan sebagian suporter sepakbola yang menurut saya pribadi cenderung rasis.
Lalu apa persamaan Leicester dengan mereka para terbuang? Dengan mereka yang dipariahkan.
Bagi para imigran, Leicester adalah kota Harapan. Kota di mana mereka dapat membangun kembali hidup mereka dari awal. Begitu pula bagi mereka para pesepakbola. Leicester sekarang, adalah tempat mereka membangun karir setelah dibuang. Seperti kata Yusuf Arifin, mereka melakukan ini semua dengan rasa kebersamaan tanpa rasa congak. Leicester adalah tempat yang selalu menawarkan harapan bagi siapapun yang mencoba mencari peruntungan. Begitu juga dalam sepakbola, Leicester City adalah tempat penampungan yang menawarkan harapan bagi mereka yang tersisihkan dan dibuang.
Bagi para imigran, Leicester adalah kota Harapan. Kota di mana mereka dapat membangun kembali hidup mereka dari awal. Begitu pula bagi mereka para pesepakbola. Leicester sekarang, adalah tempat mereka membangun karir setelah dibuang. Seperti kata Yusuf Arifin, mereka melakukan ini semua dengan rasa kebersamaan tanpa rasa congak. Leicester adalah tempat yang selalu menawarkan harapan bagi siapapun yang mencoba mencari peruntungan. Begitu juga dalam sepakbola, Leicester City adalah tempat penampungan yang menawarkan harapan bagi mereka yang tersisihkan dan dibuang.
Anda boleh saja mendukung Real Madrid dan Barcelona. Manchester City, Liverpool atau bahkan West Ham. Tapi bagi siapapun, mungkin yang tak sering menonton sepakbola pun akan terenyuh melihat perjuangan para pasukan rubah kota Leicester ini.
Siapalah itu Drinkwater, James Vardy, Mahrez, Albrighton, Huth atau pelatih mereka, Ranieri yanag hanya seorang pesakitan yang lebih sering menjadi pecundang. Sebelum melatih Leicester, prestasinya bersama Yunani adalah membawa Yunani kalah dari tim semenjana Kepualauan Faroe di kualifikasi Piala Eropa 2016.
Drinkwater, selain namanya yang aneh, Ia dianggap tak berkembang sehingga tidak diberi kesempatan untuk menembus skuad pertama Manchester United. Setelah melewati masa nomaden (pinjaman) dari musim ke musim, semenjak 2012 hingga musim ini Ia akhirnya berlabuh di Leicester.
Jamie Vardy? Siapa lagi orang ini. 4 tahun lalu ia masih bermain di kasta ke empat liga Inggris bersama klub Fletwood Town dan bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik. Pesakitan yang hampir menyerah karena dianggap tak mempunyai bakat di sepakbola ini, sekarang menjelma sebagai penyerang berbahaya di salah satu liga terbaik di dunia, kini Ia tengah menunggu filmnya untuk diadaptasi ke layar lebar. Namanya kini berada di urutan atas penyerang liga Inggris dengan gol sebanyak, 21 gol.
Coba bayangkan. Anda lahir di kota yang kecil, di mana klub sepakbolanya tidak mempunyai kebanggan sama sekali. Dengan modal yang kecil dan mesti bertarung melawan tim- tim sugar daddy dengan dana yang hampir tidak terbatas. Salah satu target yang realistis adalah bertahan di kasta tertinggi. Gary Lineker, dalam tulisannya di The Guardian Ia mencurahkan segala perasaannya itu.
Dalam tulisannya itu, Ia bercerita, di masa kecilnya Ia pulang dengan keadaan menangis karena melihatnya timnya kalah di final Piala FA tahun 1969. Bermain untuk Leicester selama delapan tahun mempunyai kebanggan tersendiri baginya dibanding bermain bagi Barcelona. Seumur hidupnya, Ia melihat Leicester jatuh bangun, dari promosi hingga degradasi. Momen ini adalah salah satu momen tersureal yang pernah Ia rasakan. "10 points. I think I might Cry."
Apa yang Gary Lineker rasakan mungkin berlaku juga bagi pendukung Leicester lainnya. Itu pula yang membuat Claudio Ranieri menangis sesuasi pertandingan melawan Sunderland. Ia melihat kakek-nenek yang datang ke stadion memakai baju Leicester untuk mendukung mereka. Satu kota bersatu untuk mendukung mereka. Momen itu juga pernah saya rasakan di Jakabaring 2014 lalu. Entah kenapa, tiba- tiba air mata menetes jatuh di pipi. Orang- orang di samping saya saling berpelukan walau tak mengenal satu sama lain, menangis haru, penantian 19 tahun terbayar sudah. Seperti dendam rindu memang harus dibayar tuntas.
Masih ada 5 pertandingan tersisa. Nanti, jika Leicester juara, apa yang dilakukan Leicester adalah keajabian di sepakbola modern. Sesuatu yang jarang terjadi yang mungkin hanya akan terulang setiap seratus tahun sekali. Klub kecil di pedalaman Ingris yang berhasil melawan hegemoni klub- klub besar dengan dukungan dana yang melimpah. Seperti kata Pangeran Siahaan, Leicester adalah kita. Gambaran miniatur hidup di lapangan hijau bagi manusia- manusia yang pernah merasa gagal dan putus asa. Dengan asa yang tersisa mereka membalikan fakta, dengan sisa- sisa harapan yang tercecer mereka mambangun jalan menuju tangga juara. Seperti kata Gabriel Garcia Marquez dalam novelnya yang berjudul No ones Writes to The Colonel "Harapan memang tidak bisa dimakan, namun itu membuat kita bertahan."Dan peran Ranieri bersama pasukan rubahnya itu adalah membawa para pendukung Leicester terus bermimpi dan berharap serta merealisasikan mimpi mereka menjadi kenyataan.
***
Coba bayangkan. Anda lahir di kota yang kecil, di mana klub sepakbolanya tidak mempunyai kebanggan sama sekali. Dengan modal yang kecil dan mesti bertarung melawan tim- tim sugar daddy dengan dana yang hampir tidak terbatas. Salah satu target yang realistis adalah bertahan di kasta tertinggi. Gary Lineker, dalam tulisannya di The Guardian Ia mencurahkan segala perasaannya itu.
Something extraordinary is happening in the world of football. Something that defies logic. Something truly magical. Something that makes me well up with emotion because this something is happening to my team. The team I have supported since I was the size of a multipack of crisps.
Dalam tulisannya itu, Ia bercerita, di masa kecilnya Ia pulang dengan keadaan menangis karena melihatnya timnya kalah di final Piala FA tahun 1969. Bermain untuk Leicester selama delapan tahun mempunyai kebanggan tersendiri baginya dibanding bermain bagi Barcelona. Seumur hidupnya, Ia melihat Leicester jatuh bangun, dari promosi hingga degradasi. Momen ini adalah salah satu momen tersureal yang pernah Ia rasakan. "10 points. I think I might Cry."
Apa yang Gary Lineker rasakan mungkin berlaku juga bagi pendukung Leicester lainnya. Itu pula yang membuat Claudio Ranieri menangis sesuasi pertandingan melawan Sunderland. Ia melihat kakek-nenek yang datang ke stadion memakai baju Leicester untuk mendukung mereka. Satu kota bersatu untuk mendukung mereka. Momen itu juga pernah saya rasakan di Jakabaring 2014 lalu. Entah kenapa, tiba- tiba air mata menetes jatuh di pipi. Orang- orang di samping saya saling berpelukan walau tak mengenal satu sama lain, menangis haru, penantian 19 tahun terbayar sudah. Seperti dendam rindu memang harus dibayar tuntas.
Masih ada 5 pertandingan tersisa. Nanti, jika Leicester juara, apa yang dilakukan Leicester adalah keajabian di sepakbola modern. Sesuatu yang jarang terjadi yang mungkin hanya akan terulang setiap seratus tahun sekali. Klub kecil di pedalaman Ingris yang berhasil melawan hegemoni klub- klub besar dengan dukungan dana yang melimpah. Seperti kata Pangeran Siahaan, Leicester adalah kita. Gambaran miniatur hidup di lapangan hijau bagi manusia- manusia yang pernah merasa gagal dan putus asa. Dengan asa yang tersisa mereka membalikan fakta, dengan sisa- sisa harapan yang tercecer mereka mambangun jalan menuju tangga juara. Seperti kata Gabriel Garcia Marquez dalam novelnya yang berjudul No ones Writes to The Colonel "Harapan memang tidak bisa dimakan, namun itu membuat kita bertahan."Dan peran Ranieri bersama pasukan rubahnya itu adalah membawa para pendukung Leicester terus bermimpi dan berharap serta merealisasikan mimpi mereka menjadi kenyataan.
Thursday, 31 December 2015
2015, Kamu, Kuliah dan Hal- Hal yang Harus Dituntaskan
Segalanya seperti bergegas, padahal saya ingin merayap, merasakannya dengan perlahan. Namun toh waktu memang berjalan ke depan, tak pernah mau mundur kebelakang.
Konon, dalam mitologi Yunani, segala penderitaan yang ada di muka Bumi ini hadir gara- gara Pandora membuka kotak yang dititipkan Zeus kepadanya. Awalnya ia menuruti perintah Zeus. Namun rasa keingintahuan yang besar, yang diberikan Hera kepadanya membuat hatinya goyah. Lalu segala keburukan dan penderitaan yang sekarang ada di muka Bumi ini berhamburan keluar dari kotak itu.
Sadar apa yang telah dilakukannya salah, Pandora mencoba menutup kembali kotak tersebut. Tapi masih ada sesuatu yang tersisa. Lalu Ia mengeluarkannya dari kotak tersebut. Sesuatu itu bernama harapan. Sesuatu yang tidak bisa dimakan tapi mampu membuat manusia bertahan.
Mulai dari saat itulah manusia mempunyai sebuah senjata dalam menghadapi penderitaan, yaitu harapan. Sesuatu yang selalu mereka jadikan senjata dalam menghadapi kenyataan untuk memperbesar kemungkinan. Sesuatu yang manusia simpan dan pupuk di dalam hatinya walaupun mereka tahu tipis dapat tumbuh menjadi sesuatu yang nyata.
Saya memulai tahun 2015 dengan terlalu banyak persoalan. Seperti jamur di musim hujan, perlahan- lahan satu per satu masalah terus berdatangan. Saya masih ingat, di pertengahan bulan Desember tahun 2014, saat menangis sendirian di pojok sofa ruang kerja kamar saya. Ada dua keputusan yang harus saya buat dengan cepat. Menutup perusahaan atau pivot dengan dana yang sangat terbatas. Saat itu adalah bulan kedua pegawai yang bekerja belum menerima gaji mereka, termasuk saya dan Andri. Walaupun bisnis model startup yang kami bangun berhasil divalidasi (go-food, instacart, foodpanda berhasil) lambatnya mengeluarkan produk menjadi salah satu penyebab kami gagal.
Lalu saya lupa, record label yang saya bangun dari semenjak keluar SMA, mempunyai kewajiban yang belum terselesaikan. Ada deal dengan Grimloc untuk merilis mini album Eyes of War secara kolektif. Standfree yang harus merilis album dan melakukan tur Asia Tenggara. Lalu deal dengan Bane untuk tampil di Indonesia. Hingga urusan cinta dan akademik yang membuat awal 2015 semakin runyam.
Lalu banyak keadaan yang berubah total. Ada banyak hal yang tak bisa saya kontrol dengan pelan- pelan. Beberapa urusan dengan teman yang ternyata toh memang terlalu rumit untuk diselesaikan. Berat badan saya turun 10 kg. Tidur hanya 2 hingga 4 jam. 2 tenggat waktu skripsi saya lewatkan. Bingung untuk pergi ke kantor atau kuliah (Saya masih punya hutang 3 mata kuliah yang dengan tiba- tiba nilainya hilang entah ke mana). Saat itu saya seperti tokoh 'aku' di buku Catatan dari Bawah Tanah karangan Fyodor Dostoyevski. Sakit tanpa tahu apa penyakitnya.
Benihnya baru muncul saat semuanya ada di penghujung cerita. Perkenalan yang singkat dan berada di posisi yang sama membuat kami berdua menemukan rasa nyaman. Tapi suatu malam saya lupa. Gawai yang saya bawa tertinggal di kursi jok mobilnya. Lalu segalanya berubah. Foto seseorang yang belum dihapus membuat keadaan 180 derajat berubah. Semuanya terpaksa diakhiri dengan perdebatan di sebuah meja makan sebuah restoran. Lalu segala pesan hanya dibalas dengan balasan singkat. Kami memutuskan jalan kami masing- masing. Ia ke depan dan saya mundur ke belakang.
Saya mundur ke belakang dengan rasa penasaran yang besar, seperti telur yang ingin dipecahkan. Saya sadar, momentumnya sudah jauh terlewat. Saya melewatkan banyak momen spesialnya. Di beberapa kesempatan, saya mengabaikannya dengan sengaja, tentu karena keadaan yang memaksa. Lalu pertanyaan yang ingin saya lontarkan dari jauh- jauh hari itu akhirnya mempunyai jawaban walau belum memuaskan. Bagi saya jawabannya kemarin belum lah tuntas. Walaupun menurutnya hal tersebut tak perlu dijelaskan, tapi masih ada hal- hal yang bagi saya yang belum bisa membuat saya terjelaskan.
***
Yap, ingatan memang tak bisa mengembalikan waktu yang hilang. Baru di awal September saya bisa bernafas dengan nyaman. Secara finansial maupun mental. Saya bisa dengan leluasa pergi ke kampus. Mengerjakan revisian skripsi yang tertunda selama hampir satu tahun lamanya.
Menolak tawaran pekerjaan di dua perusahaan media besar dan satu di sebuah startup lokal. Padahal segala tahapan seleksinya sudah saya selesaikan dengan mengorbankan 2 UTS karena harus berada di Jakarta tepat jam 9 pagi. Lucunya, saya menolak dengan alasan ingin menyelesaikan kuliah. Misi yang belum bisa saya selesaikan di penghujung tahun 2015. Tapi ingin saya tuntaskan setidaknya paling telat di pertengahan tahun 2016. Lalu menuntaskan mimpi- mimpi yang (pernah) mati.
Saya tahu gagal adalah bagian dari usaha. Tahun 2015 banyak memberi saya pelajaran berarti, saat kita ada di puncak angin akan terasa begitu kencang. Saya juga gembira 2015 telah usai. Awal 2016 saya punya banyak mimpi yang mengantri untuk diselesaikan. Jika tak ada aral melintang ada beberapa kesempatan ke Vietnam dan London yang tak ingin saya lewatkan. Semoga, dengan secepatnya.
"What's done is done, the night takes everyone" - Bane, Calling Hours.
Wednesday, 14 October 2015
#70thICRCid : Islam sebagai Sumber Hukum Humaniter Internasional
Hukum Humaniter Internasional
Hukum Perang banyak mengambil prinsip- prinsip yang terkandung dalam Islam. Seperti Hukum Ruang Udara Internasional, Hukum Ruang Angkasa Internasional, Hukum Diplomatik Konsuler, Hukum Perjanjian Internasional, Hukum Perang termasuk ke dalam cabang Hukum Internasional.
Dalam Islam, hubungan antarnegara diatur dalam Hukum Internasional Islam yang disebut dengan Siyar. Walaupun Islam mengatur hubungan antarnegara dan hal- hal lain yang menjadi prinsip dalam Hukum Internasional, hal tersebut tidak serta merta menjadikan Hukum Islam sebagai sumber dari Hukum Internasional. Karena Hukum Internasional Islam dengan Hukum Internasional mempunyai sumber hukum yang berbeda. Walaupun Hukum Islam sendiri telah diakui oleh Mahkamah Internasional sebagai salah satu sistem hukum di dunia, karena banyaknya kepentingan yang beragam hal tersebut tidak serta merta menjadikan hukum islam mendapat tempat dalam hukum internasional. Oeh karena itu, agar masyarakat hukum internasional dapat menerima konsep dari Islam, perlu diupayakan pengilmuan Islam sehingga menjadikan konsep- konsep yang berasal dari Islam menjadi sesuatu yang universal.
Negara barat sering mengidentikan Islam dengan sebutan agama pedang. Namun hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Pada dasarnya Islam merupakan agama damai. Dalam perspektif Islam, legalisasi perang muncul jika keadaan memang mendesak, dengan kata lain Islam memperbolehkan umatnya berperang hanya jika diserang, yang artinya inisiatif memulai serangan harus ada di pihak lawan. Bahkan dalam kasus- kasus di mana Islam menyetujui perang sebagai jalan keluar jika diplomasi gagal menjalankan perannya, Islam telah mengatur bagaimana perang harus dilakukan.
Hukum Perang banyak mengambil prinsip- prinsip yang terkandung dalam Islam. Seperti Hukum Ruang Udara Internasional, Hukum Ruang Angkasa Internasional, Hukum Diplomatik Konsuler, Hukum Perjanjian Internasional, Hukum Perang termasuk ke dalam cabang Hukum Internasional.
Dalam Islam, hubungan antarnegara diatur dalam Hukum Internasional Islam yang disebut dengan Siyar. Walaupun Islam mengatur hubungan antarnegara dan hal- hal lain yang menjadi prinsip dalam Hukum Internasional, hal tersebut tidak serta merta menjadikan Hukum Islam sebagai sumber dari Hukum Internasional. Karena Hukum Internasional Islam dengan Hukum Internasional mempunyai sumber hukum yang berbeda. Walaupun Hukum Islam sendiri telah diakui oleh Mahkamah Internasional sebagai salah satu sistem hukum di dunia, karena banyaknya kepentingan yang beragam hal tersebut tidak serta merta menjadikan hukum islam mendapat tempat dalam hukum internasional. Oeh karena itu, agar masyarakat hukum internasional dapat menerima konsep dari Islam, perlu diupayakan pengilmuan Islam sehingga menjadikan konsep- konsep yang berasal dari Islam menjadi sesuatu yang universal.
Hukum internasional identik dengan kepentingan negara- negara Eropa, beberapa pengaruh kepentingan non-eropa juga tampak dalam perkembangan hukum Internasional[1]. Salah satunya Islam. Pengaruh Islam dalam hukum internasional misalnya dapat dilihat dalam hukum Diplomatik Konsuler[2], hak asasi manusia[3], hukum penyelesaian sengketa dan perdamaian[4] serta hukum perang[5].
Hukum Perang mempunyai nama lain, yaitu Hukum Humaniter Internasional atau yang lengkapnya disebut dengan International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict.
Komite Internasional Palang Merah mendefinisikan Hukum Humaniter Internasional sebagai sekumpulan kesepakatan dan kebiasaan internasional, yang secara khusus bertujuan untuk menyelesaikan masalah- masalah yang berkaitan dengan kemanusiaan yang muncul secara langsung sebagai akibat dari konflik bersenjata.
Mochtar Kusumaatmadja memberi definisi Hukum Humaniter internasional sebagai bagian dari hukum yang mengatur ketentuan- ketentuan perlindungan korban perang, berlainan dengan hukum perang yang mengatur perang itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri. Mochtar Kusumaatmadja sendiri membagi Hukum Perang ke dalam dua bagian, yaitu:
1. Ius ad bellum yaitu hukum perang yang mengatur tentang bagaimana Negara dibenarkan menggunakan kekerasan bersenjata.
2. Ius in bello yaitu Hukum perang yang dibagi ke dalam dua bagian:
a) The Hague Laws, yaitu hukum yang mengatur cara dilakukannya perang. (The conduct of war)
b) The Geneva Laws, yaitu hukum yang mengatur perlindungan bagi orang –orang yang terkenda dampak perang.
Hukum Humaniter sendiri lahir dengan tujuan untuk mencegah terjadinya perang yang kejam tanpa mengenal adanya batas. Selain itu Hukum Humaniter juga menjamin hak asasi manusia bagi kombatan yang jatuh ke pihak musuh, agar tetap diperlakukan sebagai mana layaknya manusia dan juga memberikan perlindungan baik kepada kombatan maupun penduduk sipil dari penderitaan yang tidak perlu akibat perang.
Islam sebagai Sumber Hukum Humaniter Internasional
Istilah sumber hukum dalam ilmu hukum memiliki makna yang beragam[6]. H.L.A Hart memberikan makna sumber hukum menjadi dua, yaitu material (historis) dan formal (hukum). Arti material mempunyai pengertian bahwa ada faktor historis dan penyebab yang menjelaskan secara faktual suatu hukum itu ada. Sementara arti formal mempunyai pengertian bahwa sumber hukum merupakan kriteria atas dasar suatu aturan dapat diterima sebagai hukum yang valid dalam suatu sistem hukum[7].
Walaupun tidak menimbulkan pertentangan, sumber Hukum Internasional dan sumber Hukum Internasional Islam (Siyar) mempunyai perbedaan. Dalam hukum internasional, sumber hukum internasional dapat dibagi menjadi tiga[8], yakni:
1. Sumber hukum dalam arti formal, merupakan tempat di mana dapat ditemukan ketentuan hukum internasional untuk diterapkan dalam persoalan konkrit.
2. Sumber hukum dalam arti material, merupakan sumber hukum yang dapat dijadikan sebagai dasar kekuatan mengikat hukum internasional yang terletak pada kenyataan social bahwa hukum itu mutlak diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup bermasyarakat dan dapat memberikan ketertiban dalam hubungan internasional.
3. Sumber hukum dalam arti kausal adalah faktor- faktor yang dapat membantu pembentukan hukum sebagai perwujudan atau gejala social dalam kehidupan masyarakat[9].
Sementara sumber Hukum Internasional Islam bersumber pada empat sumber hukum yang ada dalam hukum Islam, yakni:
1. Al Quran
2. Sunnah
3. Ijma
4. Qiyas
Hukum Humaniter Internasional tidak disebutkan secara spesifik dalam kitab suci umat Islam Al Quran, hadist- hadist maupun sunnah. Namun, walaupun begitu Islam mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam memperkaya kaidah- kaidah Hukum Humaniter Internasional. Salah satunya dalam Al-Quran surat Al- Baqarah ayat 190, di mana Allah SWT berfirman:
“Dan perangilah di jalan Allah orang- orang yang memerangi kami, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah membenci orang- orang yang melampaui batas.”
Ayat tersebut adalah ayat madaniah yang pertama kali mengizinkan umat Muslim untuk perang dan membalas tindakan kaum musyrikin. Ayat tersebut juga digunakan oleh Nabi Muhammad untuk memerintahkan tentara- tentara Muslim untuk tidak menyerang non-kombatan.
Walaupun tidak disebutkan secara spesifik dalam Al-Quran tentang apa itu Hukum Humaniter. Namun Islam menjelaskan secara rinci tentang siapa saja yang boleh dan dilarang untuk dibunuh maupun dilukai dalam perang. Nabi Muhammad SAW melarang tentara muslim untuk berkonfortasi secara fisik maupun senjata dengan non-kombatan yang tidak ikut bagian dalam perang seperti; anak kecil, wanita, pemuka agama, orang yang telah lanjut usia atau orang- orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk ikut perang, memutilasi mayat, melampiaskan dendam pada tawanan peran atau pencari suaka dan membunuh kombatan yang telah menyerah.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dilakukan juga oleh Khalifah Islam yang pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Abu Bakar melarang pasukannya untuk membunuh wanita, anak- anak, orang lanjut usia, mereka yang menyerah, membakar pohon kurma, merusak wilayah yang diduduki dan menyembelih hewan- hewan ternak kecuali untuk dimakan.
Hal- hal di atas mempunyai korelasi dengan ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam Konvensi Jenewa tentang perlindungan terhadap tahanan perang. Misalnya, melarang memperlakukan tahanan perang dengan tidak manusiawi, yang juga diatur dalam Islam. Oleh karena itu, pada dasarnya prinsip- prinsip tersebut tidak berbeda dengan Hukum Humaniter Internasional.
Islam menciptakan hukum agar manusia selamat dunia mapun akhirat. Walaupun hukum Islam memiliki beberagam makna, namun pada dasarnya hukum Islam hadir untuk memberikan manfaat bagi manusia[10] dan menghindari bahaya serta kerusakan di Bumi. Islam merupakan agama rahmatan ‘lil alamin, yang lahir ke Bumi untuk membawa kesejahteraan bagi seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan juga sesama manusia. Hal tersebut sejalan dengan pemaknaan sumber hukum internasional dalam arti material yang dapat memberikan ketertiban bagi umat manusia.
Namun, walaupun sejalan dengan pemaknaan sumber hukum internasional dalam arti material bukan berarti hukum Islam tidak serta merta dapat diterima sebagai sumber hukum internasional dalam arti material begitu saja. Seperti kita ketahui, perkembangan hukum internasional terbagi ke dalam dua periodisasi, yaitu periode Pre- Westphalia dan Post-Westphalia[11]. Pada periode Pre- Westphalia, agama Kristen mempunyai peranan yang penting dalam Hukum Internasional. Sementara pada periode Post-Westphalia memisahkan hubungan agama dengan negara. Walau pengaruh agama Kristen masih ada, pada periode inilah proses sekularisasi dalam Hukum Internsional terjadi. Dalam periode ini objetifikasi dilakukan untuk memisahkan antara agama dengan ilmu pengetahuan[12]. Hal yang menjadi pembeda Islam dengan barat dalam melakukan metodologi ilmiah.
Namun hal tersebut tidak serta merta meruntuhkan bahwa Hukum Internasional Islam khususnya Hukum Humaniter Islam tidak dapat dijadikan sumber hukum internasional dalam arti material. Sebaliknya Hukum Islam dapat dijadikan sumber hukum formil mauppun materil dengan melakukan objetifikasi melalui proses yang dikenal dalam Islam dengan ijtihad. Proses tersebut tentu harus memenuhi kriteria integralisasi dan objektifikasi. Karena pada dasarnya prinsip- prinsip yang ada dalam Hukum Islam selaras dengan prinsip- prinsip yang terdapat dalam Hukum Internasional. Hal tersebut dapat dilihat dalam Konvensi Jenewa dan Konvensi Wina yang banyak memasukan prinsip- prinsip dari Islam yang menjadikannya sebagai sumber hukum formil dalam hukum internsional. Sehingga Hukum Internasional Islam khususnya Hukum Humaniter Islam dapat diterima secara universal sesuai dengan tujuan Islam lahir ke dunia, sebagai rahmatan ‘lil alamin.
[1] Eka An Aqimuddin, Islam Sebagai Sumber Hukum Internasional, Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung, Bandung, 2014, hlm2.
[2] Putusan UCJ dalam Kasus United States Diplomatic and Consular Staff in Tehra(1980) misalnya menyatakan bahwa “The principle of the iniolability of the persons of diplomatic mission is one of the very foundations of this long-established regime, to the evolution of which tradition of Islam have made a substansial contribution (para.86)
[3]Mashood. A. Baderein, International Human Rights and Islamic Law, Oxford University Press, Oxford, 2005
[4] Muhammad Ari dan Rapung Samuddin, Hukum Internasional dan Hukum Islam Tentang Sengketa dan Perdamaian, Gramedia, Jakarta, 2013
[5] Majid Khaduri, Perang dan Damai dalm Hukum Islam, Terawang Press, Yogyakarta, 2002
[6] Eka An Aqimuddin, Op.Cit., 15
[7] Peter Malanczuk, Akehurst’s Modern Introduction To International Law, Seventh Edition, Routhledge, 1997, New York, hlm. 35
[8] Mochtar Koesumaatmadja, Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Alumni, Bandung, 2003, hlm. 113.
[9] Ibid.
[10] Eka An Aqimuddin, Op.Cit., hlm. 16
[11] Mashood A. Baderin, Religion and International Law; Friends or Foes, European Human Rights Review, Issues 5, Sweet & Maxwell, London 2009, hlm. 639.
[12] Eka An Aqimuddin, Op. Cit., hlm. 18
Monday, 5 October 2015
Bagi- Bagi Buku- Buku
Karena mau pindahan ke suatu tempat yang ga akan mungkin dibawa secara fisik, sebagaian buku yang saya punya mau dihibahkan. Sebagian punya double, baik terjemahan sama versi inggris-nya. Jadi sayang aja nanti bakalan berdebu dan ga kerawat.
Novel, filsafat dan cerpen:
1. Albert Camus - The Stranger (eng)
2. Albert Camus - Sampar
3. Albert Camus - The Rebel (eng)
4. Alice Munro - Dear Life (eng)
5. AS Byatt - Possession (eng)
6. George Orwell - 1984 (eng)
7. F. Scott Fitzgerald - The Great Gatsby (eng)
8. Ernest Hemingway - The Old Man and The Sea
9. V.S Naipul - A House for Mr. Biswas (eng)
10. Haruki Murakami - 1Q84
11. Haruki Murakami - Sputnik Sweetheart
12. Friedrich Nietzsche - Beyond Good and Evil (eng)
13. Friedrich Nietzsche - Sabda Zarathrusta
14. Michel Foucault - Madness Civilization (eng)
15. Seno Gumira Ajidarma - Negeri Senja
16. Seno Gumira Ajidarma - Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus BIcara
17. Leo Tolstoy - Anna Karenina
18. Leo Tolstoy - Haji Murad
19. Leo Tolstoy - Tuhan Tahu Tapi Menunggu
20. Pramoedya Ananta Toer - Arok Dedes
Sains:
1. Stephen Hawking - The Grand Design
2. Carl Sagan - Billions and Billions (eng)
3. Carl Sagan - The Cosmic Connection(eng)
4. Charles Darwin - On the origin of species (eng)
5. Neil deGrassse Tyson - Universe Down to Earth (eng)
6. Adam Rodgers - Proof: The Science of Booze (eng)
7. Pedro G Ferreira - The Perfect Theory: A Century of Geniuses and The Battle over General Relativity (eng)
8. Alan lightman - The Accidental Universe: The World You thought you knew (eng)
Sepakbola (all eng):
1. Simon Kuper - Soccernomics
2. Frankline Foer - How Soccer Explains The World
3. Jonathan Wilson - Inverting The Pyramid
4. Nick Hornby - Fever Pitch
5. David Peace - The Damned United
6. Ronald Reng - A Life Too Short: The tragedy of Robert Enke
Bisnis, Startup, Motivasi:
1. Eric Reis - The Lean Startup (eng)
2. Malcolm Gladwell - Tipping Point
Novel, filsafat dan cerpen:
1. Albert Camus - The Stranger (eng)
2. Albert Camus - Sampar
3. Albert Camus - The Rebel (eng)
4. Alice Munro - Dear Life (eng)
5. AS Byatt - Possession (eng)
6. George Orwell - 1984 (eng)
7. F. Scott Fitzgerald - The Great Gatsby (eng)
8. Ernest Hemingway - The Old Man and The Sea
9. V.S Naipul - A House for Mr. Biswas (eng)
10. Haruki Murakami - 1Q84
11. Haruki Murakami - Sputnik Sweetheart
12. Friedrich Nietzsche - Beyond Good and Evil (eng)
13. Friedrich Nietzsche - Sabda Zarathrusta
14. Michel Foucault - Madness Civilization (eng)
15. Seno Gumira Ajidarma - Negeri Senja
16. Seno Gumira Ajidarma - Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus BIcara
17. Leo Tolstoy - Anna Karenina
18. Leo Tolstoy - Haji Murad
19. Leo Tolstoy - Tuhan Tahu Tapi Menunggu
20. Pramoedya Ananta Toer - Arok Dedes
Sains:
1. Stephen Hawking - The Grand Design
2. Carl Sagan - Billions and Billions (eng)
3. Carl Sagan - The Cosmic Connection(eng)
4. Charles Darwin - On the origin of species (eng)
5. Neil deGrassse Tyson - Universe Down to Earth (eng)
6. Adam Rodgers - Proof: The Science of Booze (eng)
7. Pedro G Ferreira - The Perfect Theory: A Century of Geniuses and The Battle over General Relativity (eng)
8. Alan lightman - The Accidental Universe: The World You thought you knew (eng)
Sepakbola (all eng):
1. Simon Kuper - Soccernomics
2. Frankline Foer - How Soccer Explains The World
3. Jonathan Wilson - Inverting The Pyramid
4. Nick Hornby - Fever Pitch
5. David Peace - The Damned United
6. Ronald Reng - A Life Too Short: The tragedy of Robert Enke
Bisnis, Startup, Motivasi:
1. Eric Reis - The Lean Startup (eng)
2. Malcolm Gladwell - Tipping Point
Friday, 21 August 2015
25 dan Usaha Untuk Tidak Menjadi Dewasa
Jika dua tahun lalu ada kue tart dan pesta kejutan yang gagal, dan tahun lalu duduk di pinggir pantai memandangi langit Gili dan ngobrol ngalor- ngidul dengan beberapa bule Inggris soal Radiohead dan sepakbola. Kali ini, saya memilih berdiam diri di ruang kerja sambil mendengar single terbaru dari band asal Philadelpia, The Wonder Years. Melakukan apa yang saya harus lakukan, lalu memandang ke arah Bandung Utara. Melihat konstelasi bintang dan gemerlap cahaya dari lampu rumah penduduk di kaki gunung Tangkuban Perahu.
Tak ada yang spesial, tak ada kue tart dan pesta kejutan yang gagal. Tak ada bule yang curhat soal ditinggal pacarnya lalu memutuskan travelling ke Asia Tenggara. Hanya ada satu gelas nutrisari lalu beberapa pesan masuk berdatangan.
"Selamat ulang tahun, wish you all the best!!!"
Semua pesan yang berdatangan dengan nada yang hampir serupa. Begitu semua kira- kira isinya.
Biasanya, jika tak sedang bepergian, saya sering ditodong makan siang dan membayar tagihan. Tapi hari ini saya beruntung, kali ini beberapa kawan pergi tur dan bekerja di luar kota dan negeri. Uang yang tak terpakai bisa ditabung untuk membeli sesuatu yang tak perlu- perlu amat.
Tapi entah, saya masih bingung, harus gembira atau bersedih, bertambah umur justru mengurangi usia. Sudah seperempat abad. Berarti saya harus mulai bersikap dewasa. Walau kata beberapa teman saya cukup bijaksana ketika mengambil keputusan. Tetap saja, bagi saya menjadi dewasa itu menyebalkan.
Jika harus memilih dan andai menjadi tua tidak harus diiringi oleh sikap sok bijaksana dan sok bertanggung jawab yang kita sebut dewasa. Saya memilih untuk tinggal di Neverland bersama Peter Pan. Menertawakan mereka yang pandai berpura- pura dan sok bijaksana. Menertawakan mereka yang lupa dengan mimpi- mimpi mereka. Menertawakan mereka yang lupa dengan fantasi- fantasi mereka.
Ah tapi saya juga lupa, saya hidup di dunia yang sama dengan mereka yang lupa dengan fantasi liar mereka. Saya harus menjadi dewasa. Harus pandai berpura- pura dan sok bijaksana, terlebih lagi di depan wanita. Mulai harus bisa memprioritaskan, setidaknya begitu kata mereka.
Tapi bukannya semua orang punya hal- hal yang mereka prioritaskan. Perihal mana yang harus didahulukan. Tidak semua hal yang menurut mereka itu harus adalah harus menurut saya. Begitu pula sebaliknya.
Tapi percuma, seberapa keras saya melawan, dan mencoba membuktikan bahwa dunia orang dewasa itu menyebalkan toh saya tetap harus berkompromi dengan kenyataan.
Membayar segala tagihan dengan pekerjaan yang dibayar bulan depan. Duduk di depan komputer selama berjam- jam. Menghitung pemasukan dan pengeluaran. Mengawal produksian. Menuntaskan segala hal yang tertunda, khususnya masalah perkuliahan dan janji pada orang tua. Lalu meninggalkan mimpi dan fantasi terliar yang pernah ada dan menjadi dewasa. Berkompromi dengan kenyataan.
Tapi setidaknya saya ingin berterima kasih pada zat yang maha, yang telah memberi saya kesempatan untuk bertaruh dan bertarung habis- habisan. Bertaruh dan bertarung dalam segala hal, walau tak semuanya bisa saya menangkan.
Oh iya, di umur yang sudah seperempat abad ini, saya sudah berjanji untuk meninggalkan zona nyaman, menerjang batas, cause the only way to know how strong we are, is to keep testing our limits.
Karena dalam hidup hanya ada dua pilihan, menang atau kalah telanjang. Dan toh hidup yang tak pernah dipertaruhkan tak akan pernah kita menangkan, bukan?
Tak ada yang spesial, tak ada kue tart dan pesta kejutan yang gagal. Tak ada bule yang curhat soal ditinggal pacarnya lalu memutuskan travelling ke Asia Tenggara. Hanya ada satu gelas nutrisari lalu beberapa pesan masuk berdatangan.
"Selamat ulang tahun, wish you all the best!!!"
Semua pesan yang berdatangan dengan nada yang hampir serupa. Begitu semua kira- kira isinya.
Biasanya, jika tak sedang bepergian, saya sering ditodong makan siang dan membayar tagihan. Tapi hari ini saya beruntung, kali ini beberapa kawan pergi tur dan bekerja di luar kota dan negeri. Uang yang tak terpakai bisa ditabung untuk membeli sesuatu yang tak perlu- perlu amat.
Tapi entah, saya masih bingung, harus gembira atau bersedih, bertambah umur justru mengurangi usia. Sudah seperempat abad. Berarti saya harus mulai bersikap dewasa. Walau kata beberapa teman saya cukup bijaksana ketika mengambil keputusan. Tetap saja, bagi saya menjadi dewasa itu menyebalkan.
Jika harus memilih dan andai menjadi tua tidak harus diiringi oleh sikap sok bijaksana dan sok bertanggung jawab yang kita sebut dewasa. Saya memilih untuk tinggal di Neverland bersama Peter Pan. Menertawakan mereka yang pandai berpura- pura dan sok bijaksana. Menertawakan mereka yang lupa dengan mimpi- mimpi mereka. Menertawakan mereka yang lupa dengan fantasi- fantasi mereka.
Ah tapi saya juga lupa, saya hidup di dunia yang sama dengan mereka yang lupa dengan fantasi liar mereka. Saya harus menjadi dewasa. Harus pandai berpura- pura dan sok bijaksana, terlebih lagi di depan wanita. Mulai harus bisa memprioritaskan, setidaknya begitu kata mereka.
Tapi bukannya semua orang punya hal- hal yang mereka prioritaskan. Perihal mana yang harus didahulukan. Tidak semua hal yang menurut mereka itu harus adalah harus menurut saya. Begitu pula sebaliknya.
Tapi percuma, seberapa keras saya melawan, dan mencoba membuktikan bahwa dunia orang dewasa itu menyebalkan toh saya tetap harus berkompromi dengan kenyataan.
Membayar segala tagihan dengan pekerjaan yang dibayar bulan depan. Duduk di depan komputer selama berjam- jam. Menghitung pemasukan dan pengeluaran. Mengawal produksian. Menuntaskan segala hal yang tertunda, khususnya masalah perkuliahan dan janji pada orang tua. Lalu meninggalkan mimpi dan fantasi terliar yang pernah ada dan menjadi dewasa. Berkompromi dengan kenyataan.
Tapi setidaknya saya ingin berterima kasih pada zat yang maha, yang telah memberi saya kesempatan untuk bertaruh dan bertarung habis- habisan. Bertaruh dan bertarung dalam segala hal, walau tak semuanya bisa saya menangkan.
Oh iya, di umur yang sudah seperempat abad ini, saya sudah berjanji untuk meninggalkan zona nyaman, menerjang batas, cause the only way to know how strong we are, is to keep testing our limits.
Karena dalam hidup hanya ada dua pilihan, menang atau kalah telanjang. Dan toh hidup yang tak pernah dipertaruhkan tak akan pernah kita menangkan, bukan?
Subscribe to:
Posts (Atom)