Franz Beckenbauer terkejut saat mengetahui negara yang tak pernah masuk Piala Dunia ini mempunyai antusiasme yang begitu besar terhadap sepak bola. Apa yang saya ceritakan pada orang Arab dan Turki di sebuah lobi hotel di Madinah membuat mereka berdua meng-googling PERSIB di search engine terbesar di dunia maya itu. Orang Prancis yang sedang asik ngopi di sekitaran Dago mengira ada kampanye partai politik berwarna biru di jalanan kota Bandung.
Inilah fanatisme sepak bola yang kita punya, 20000 lebih bobotoh disekitar stadion Siliwangi adalah saksinya, pertandingan liga Inggris antara Man Utd vs Arsenal tak ada apa- apanya dibanding laga pra-musim Persib. Saya adalah satu dari ribuan bobotoh yang tak kebagian tiket dan ngoceh tak karuan di twitter karena Trans 7 batal menayangkannya. Atmosfer yang bobotoh ciptakan tak berbeda dengan atmosfer pertandingan Persib lainnya, matchday adalah matchday tak ada istilah pra-musim atau persahabatan, dimana dan kapan pun Persib bermain kami tak segan datang untuk sekedar memberi dukungan atau mengeluarkan kata sumpah serapah. Lihat lah jumlah bobotoh yang datang hanya untuk melihat Persib berlatih, hampir sebanding dengan apa yang saya lihat saat menyaksikan Liverpool mencoba rumput di Bukit Jalil.
Bobotoh adalah secuil contoh dari besarnya fanatisme bal-balan di Indonesia, sekaligus memberi isyarat, bahwa klub lokal pun tak kalah berharganya dibanding klub Eropa yang jauh disebrang sana. Industri sepak bola kita mempunyai potensi yang besar andai saja pengurusnya menyadari dan melakukannya dengan benar.
Tapi inilah nasib kita sebagai negara dunia ketiga disegala bidang, kita hanya mampu menjadi konsumen dan penonton dari apa yang dunia barat berikan. Bahkan untuk mengejar sodara tua Asia pun hampir mustahil untuk 5 tahun kedepan. Tapi tak ada salahnya untuk berharap, sekarang mungkin kita hanya bisa jadi penonton, tapi suatu saat nanti kita harus berani berkata cukup.
Hingar bingar pertandingan klub- klub disebrang samudra sana akan menjadi riak- riak kecil jika para pengurus bal- balan kita mampu mengerjakannya dengan benar, bukan hanya sebagai alat pengeruk keuntungan semata atau alat politik untuk pemilu 2014 nanti.
Entah kapan, tapi inilah candu sepak bola yang selalu menawarkan dan bicara soal harapan.
No comments:
Post a Comment