Apa yang terlintas dalam pikiran kalian ketika mendengar kata anarki? kekerasan? atau perusakan? Maka anda salah. Anarki bukanlah seperti apa yang media mainstream beritakan. Anarki merupakan suatu paham yang menganggap bahwa negara adalah akar segala masalah yang ada, dari mulai sosial, ekonomi hingga politik. Oleh karena itu menurut para anarkis negara
haruslah ditiadakan. Menurut para anarkis, harmoni dalam masyarakat itu
bukan diperoleh dengan penyerahan terhadap hukum yang dibuat oleh negara
atau kepatuhan terhadap otoritas apapun. Tapi lebih pada tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya, walau menurut banyak orang hal ini terdengar utopia.
Kebanyakan anarkis merupakan pasifis yang cinta perdamaian, walau beberapa diantaranya juga menghalalkan
propaganda by the deed. Salah satu tokoh yang
terinspirasi oleh pergerakan oleh ide kaum anarkis adalah Mahatma
Gandhi. Gandhi banyak terinspirasi dengan ide- ide anarkis setelah
banyak membaca karya- karya Leo Tolstoy salah satunya adalah karya Leo
Tolstoy yang berjudul Kerajaan Allah Ada Di Dalam Dirimu.
Pertemuan saya dengan Leo Tolstoy pertama kali adalah ketika seorang kawan bimbel di SSC memberi saya pinjam kumpulan cerpen Leo Tolstoy yang berjudul "Tuhan Maha Tau, Tapi Ia Menunggu". Tak membutuhkan waktu yang lama saya mulai jatuh cinta dengan karya- karya Leo Tolstoy, dengan cepat saya melahap buku- bukunya yang lain seperti; War and Peace, Anna Karenina dan Hadji Murat. Jujur saja, di jaman SMA saya belum mengenal banyak perihal apa itu anarkisme, selain dari band- band seperti NOFX, Bad Religion atau Strike Anywhere, dan Leo Tolstoy banyak memberi saya banyak gambaran tentang anarki dan pasifisme lumayan banyak.
Gambaran akan paham dan ide- ide Anarkisme dapat dengan mudah kita dapatkan dalam karya- karya Leo Tolstoy. Salah satunya adalah Kerajaan Allah Ada Di Dalam Dirimu. Dalam bukunya tersebut ia banyak bertutur bahwa kekerasan adalah salah satu jalan yang tak pantas untuk digunakan. Buku tersebut juga mengilhami pergerakan sosio-kultural Gandhi melahan imperialisme tentara Kerajaan Inggris di India.
Tolstoy muda saat itu, yang merupakan keturunan bangsawan Rusia merasa kasihan dengan nasib para petani yang berbeda jauh dengan nasib dirinya. Atas dasar perbedaan nasib yang dirasakan olehnya kepada para petani- petani Rusia saat itu, Tolstoy menulis buku yang berjudul "Childhood, Boyhood and Youth." yang bererita tentang anak seorang tuan tanah kaya, yang menyadari perbedaan antara
dirinya dengan teman-temannya yang berasal dari golongan petani.
Pada saat itu perbudakan merupakan hal yang lumrah di Rusia dan dapat ditemui di mana- mana. Leo Tolstoy yang diwarisi tanah yang melimpah warisan orang tuanya, membebaskan budak- budaknya dan menerapkan sistem swadaya dan egaliter dalam menjalakan pertaniannya.
Banyak ide- ide dari Leo Tolstoy yang saya serap dalam kehidupan sehari- hari, karena menurut saya karya- karyanya masih sangat relevan dengan kehidupan yang ada sekarang. Jika seorang Mahatma Gandhi dan Martin Luther King saja dengan mudah terpikat olehnya, bukan hal yang mustahil ide- idenya dapat menyerap dengan mudah masuk ke dalam otak saya.
Anna Karenina
Anna Karenina merupakan salah satu nover terbaik yang pernah saya baca, novel yang bertemakan realis yang merupakan tema favorit saya dalam bidang novel. Dalam novel ini Anna Karenina digambarkan sebagai simbol seorang istri yang sempurna yang ironinya terlibat perselingkuhan dengan seorang pria tampan yang lebih muda darinya bernama Vronsky. Novel ini merupakan pukulan dari Leo Tolstoy bagi para kaum bangsawan Rusia pada saat itu, dimana kehidupan para kaum bangsawan Rusia pada saat itu identik dengan hura-hura, pesta dan kegiatan hedonis lainnya.
Tokoh Anna dalam novel ini sangatlah hidup yang membuat saya cukup marah terhadap akhir cerita dari novel ini, dimana Tolstoy seperti memberi
punishment kepada Anna karena terlalu banyak menuruti kata hatinya dibanding berpikir dengan akal sehat. Dalam novel ini Tolstoy juga seperti ingin mengajari kita akan sebuah konsekunsi dari setiap pilihan yang kita buat. Tentang sebuah pilihan yang kadang berujung pada kesengsaraan.
Dalam gambaran tokoh yang lain seperti Levin yang berbading terbalik dengan Anna. Tolstoy menggambarkan Levin yang seorang petani, mencoba hidup sesederhana mungkin dan menikmati hidupnya dengan penuh rasa syukur. Ia tak terlalu menginginkan banyak hal hingga hidupnya terkesan datar karena banyak menghindari resiko dan terkesan main aman.
Dengan detail cerita dan karakter tokoh yang sangat kuat dalam novel ini Leo Tolstoy benar- benar ingin menggambarkan kondisi
masyarakat Rusia saat itu yang penuh dengan kemunafikan dan kepalsuan.
“All happy families are alike; each unhappy family is unhappy in its own way.”- Anna Karenina, Leo Tolstoy.