Sudah hampir 10 tahun saya berjalan lurus menuju tepi, dan
disetiap persimpangan yang saya lewati selalu ada pikiran untuk membelokan
keyakinan. Semakin besar keinginan untuk membelokan keyakinan, semakin besar
pula keinginan untuk mempertahankan keyakinan.
Sore tadi, disebuah warung kopi lusuh dibilangan Dayang
Sumbi saat saya bercerita bagaimana Ray Cappo mempesona hati saya, seorang
teman bertanya. Mengapa bias saya bertahan mempertahankan apa yang saya yakini
dimana disaat yang sama saya dibombardir oleh rayuan untuk meninggalkan apa
yang saya yakini.
Yah, memang bukan perihal mudah mempertahankan keyakinan
dimana orang- orang yang berada disekitar kita justru bersebrangan dengan kita,
beberapa diantaranya secara tidak langsung justru mencoba meruntuhkan apa yang
selama ini telah kita yakini. Beberapa dari mereka bahkan berkata bahwa apa
yang saya yakini akan runtuh dengan sendirinya saat saya memasuki periode
dimana saya disebut dewasa.
Saya sama seperti mereka, punya nafsu sebagaimana layaknya
manusia, dan layaknya manusia bukan hal yang mudah untuk melawan nafsu yang
datang dari segala penjuru. Entah apa yang membedakan saya dengan mereka tapi
bagi saya memuaskan nafsu adalah suatu yang sia- sia, nafsu yang lain akan
datang menggantikan nafsu yang telah terpuaskan.
Terlalu naif untuk menampikan kausa dan makna yang saya
yakini ini karena takut tuhan, tapi jauh sebelum berurusan dengan tuhan, sangat
risih bagi saya untuk hidup dengan sesuatu yang tidak saya yakini. Dalam
konteks apapun, saya selalu berpegang teguh pada prinsip “Lebih baik mati
dibanding harus berkompromi”. Dan saya sama sekali tidak peduli walau pun nanti
saya harus hidup sendiri, toh selama ini saya selalu menikmati momen
kesendirian didalam keramaian dan setidaknya saya bias hidup dengan apa yang
saya yakini dibanding harus berkompromi.
Diperjalanan pulang, playlist band- band straight edge saya
putar sepanjang perjalanan, hingga akhirnya lagu Hatebreed yang berjudul Honor
Never Dies secara tak sengaja terlintas untuk
menjadi soundtrack yang pas hari untuk sore tadi.
Jika hidup itu pilihan maka setiap orang bebas memilih jalan hidupnya masing- masing, bukan?.
Standing for what you believe means standing alone. - Jamey Jasta
note: Hatebreed bukanlah band straight edge
No comments:
Post a Comment