Friday, 29 November 2013

SEJARAH SINGKAT ASIA TENGGARA


Asal Usul Asia Tenggara
Selama Perang Dunia Kedua istilah Asia Tenggara digunakan untuk menggambarkan wilayah di seputar kawasan Indo-china dan semenanjung Malaya serta kepulauan- kepulauan yang ada  di sekitarnya. Sebelumnya istilah “Further India” dan “Little China” digunakan untuk menggambarkan kawasan Asia Tenggara, istilah ini menjadi populer saat  British South-East Asia Command yang berada di bawah komando  Louis Mountbatten menduduki wilayah- wilayah tersebut. Lalu penulis- penulis dari Amerika seperti Victor Parcel dan E.H.G Dobby menggunakan istilah “Southeast” dan “South-east” dalam menggambarkan kawasan Asia Tenggara.

Secara geografis wilayah Asia Tenggara terbagi ke  dalam dua wilayah; Asia Tenggara Daratan dan Asia Tenggara Maritim.

Asia Tenggara Daratan, meliputi; Kamboja, Vietnam, Thailand, Myanmar dan Laos. Sementara Negara- Negara yang termasuk ke dalam Asia Tenggara Maritim, meliputi; Indonesia, Brunei, Filipina,  Malaysia, Singapore dan Timor Leste.

Walau secara geografis Taiwan, Pulau Kokos dan Pulau Christmas masih termasuk ke dalam wilayah Asia Tenggara, karena alasan politis Taiwan dimasukan ke dalam wilayah Asia Timur sementara Pulau Kokos dan Pulau Christmas masuk ke dalam wilayah administrasi Negara Australia.

Kebudayaan dan bahasa Austronesia merupakan dasar tata kehidupan dan pergaulan bangsa-bangsa di wilayah Asia Tenggara ini[1]. Baru pertengahan abad pertama Masehi pengaruh luar  masuk ke dalam kawasan Asia Tenggara. Dimulai dari India dan China lalu pedagang- pedagang Islam dari Arab dan Persia perlahan- perlahan mulai mempengaruhi kebudayaan di kawasan Asia Tenggara.

Dilihat  dari factor sejarah, politis dan kebudayaan Asia Tenggara telah banyak diliputi naungan bayangan dari India dan Cina[i], ini terlihat dari banyaknya peninggalan- peninggalan sejarah yang bercorak Hindu dan Budha.  Salah satunya adalah tulisan- tulisan sansakerta dari India yang diterjemahkan oleh para penerjemah Nusantara dengan sangat kreatif dan epic di abad ke 9.

Selain banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dan Budha, Agama Islam  yang disebarkan oleh pedagang- pedagang dari Arab dan Persia yang masuk melalui Malaka juga memberi peranan penting dalam kebudayaan masyarakat di kawasan ASEAN. Itu terlihat  dari besarnya pemeluk agama Islam di wilayah Asia Tenggara yang hamper mencapai 40% dari keseluruhan populasi penduduk di Asia Tenggara.



SEJARAH ASIA TENGGARA

Kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia merupakan kawasan yang kaya akan sumber daya alam seperti rempah- rempah, logam, barang tambang dan produk- produk yang dihasilkan oleh Negara- negara tropis lainnya[ii]. Selain itu kawasan asia tenggara juga merupakan tempat strategis bagi jalur perdagangan dunia.

Karena letaknya yang strategis bagi jalur perdagan dunia,Negara- Negara dari Eropa secara berbondong- bonding masuk untuk membuat daerah koloni di kawasan Asia Tenggara. Hal itu lah yang membuat Negara- Negara dikawasan Asia Tenggara di akhir abad ke 18 kecuali Thailand mempunyai kesamaan latar belakang, semua Negara- Negara di Asia Tenggara merupakan daerah jajahan Negara- Negara Barat khususnya Negara Eropa.

Hasil perjanjian Tordeseillas dan Zaragoza yang menghasilkan kesepakatan yang membagi dunia di luar Eropa menjadi dua yang menjadi hak eksklusif antara Spanyol dan Portugal, berhasil membawa kapal Portugal mendarat di Selat Malaka dan Spanyol di Filipina.

 Satu abad kemudian Negara- Negara Eropa datang bersama perusahaan- perusahaan dagangnya, VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang berada  dibawah kendali Belanda menguasai hamper seluruh wilayah Nusantara. Lalu Kerajaan Inggris dengan EIC (East India Company) berhasil menguasai wilayah Malaysia, Singapura dan Myanmar. Wilayah Indo-Cina dikuasai oleh Prancis. Sementara Filipina dikuasai oleh Spanyol dan Amerika Serikat.

Selain menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai lumbung padi mereka, pada perang Dunia Kedua Negara- Negara Barat juga menjadikan kawasan ini sebagai Pusat Komando Perang di wilayah Asia Pasifik dalam menghadapi musuh mereka.

Kolonialisasi yang dilakukan oleh Negara- Negara Eropa terhadap Negara- Negara di Asia Tenggara mengakibatkan wilayah- wilayah di Asia Tenggara terpecah dan dampak dari persamaan sejarah itu lahir sebuah integrasi regional yang melatar belakangi dibentuknya ASEAN (Association Of South East Asian Nations) yang berarti Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara di Bangkok—Thailand.

Sebuah oraganisasi ekonomi dan geo-politik di Asia Tenggara  yang diprakasai oleh pemerintahan  dari lima Negara, yaitu; Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand  yang ditanda tangani oleh kelima menteri luar negeri masing-masing Negara tersebut pada tanggal 8 Agustus 1967 yang sekaligus melahirkan Deklarasi Bangkok, sekaligus menjadi tonggak sejarah lahirnya sebuah organisasi bernama ASEAN.
ASEAN
Kejatuhan regim Orde Lama di Indonesia yang dipimpin oleh Soekarno berhasil membuat situasi di kawasan Asia Tenggara menjadi semakin kondusif. Kemerdekaan Malaysia dan Filipina dari Inggris yang pada masa pemerintahan Soekarno di Indonesia ditentang dan dianggap sebagai penjajahan baru berhasil diperbaiki oleh pemerintahan Indonesia. Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto membuat kebijakan politik luar negeri dengan memperbaiki hubungan Indonesia dengan Malaysia yang menjadi langkah awal pembentukan ASEAN.

ASEAN yang berdiri pada tanggal 8 Agustus 1967 diinisiasi oleh lima Negara awal yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura dan Filipina. Ke 5 menteri Luar Negeri dari ke lima Negara tersebut duduk bersama di Bangkok untuk mendiskusikan dan menandatangani dokumen pembentukan ASEAN.

Ke-lima menteri luar negeri yang menandatangani dokumen perjanjian tersebut adalah Adam Malik menjadi wakil dari Indonesia, Narciso R. Ramos dari Filipna, Tun Abdul Razak dari Malaysia, S. Rajaratnam dari Singapura dan Thanat Khoman menjadi perwakilan dari Thailand. Dokumen yang ditandatangani oleh ke lima menteri luar negeri tersebut disebut dengan Deklarasi Asean.
Baru pada tahun 1984, satu minggu setelah meraih kemerdekaannya Brunei Darusallam masuk sebagai anggota ke-enam ASEAN.

Pada 28 Juli 1995 Vietnam masuk menjadi anggota ke-tujuh, lalu disusul oleh oleh Laos, Kamboja dan Myanmar dua tahun kemudian pada tanggal 23 Juli 1977. Tapi karena kondisi keamanan Negara Kamboja yang dianggap belum stabil keanggotaan Kamboja ditangguhkan, baru pada tanggal 30 April 1999 Kamboja dianggap resmi menjadi anggota ASEAN.

Timor Timur menyusul 13 tahun kemudian, setelah melakukan referendum dan memerdekakan diri dari Indonesia, Timor Timur bergabung menjadi anggota ASEAN yang ke-sebelas pada bulan Maret 2011.
Filosofi logo ASEAN yang di dalamnya terdapat 10 tangkai padi yang menggambarkan cita-cita pelopor pembentuk ASEAN di Asia Tenggara, yaitu bersatu dan bersahabat. Sementara gambar bulatan melambangkan kesatuan ASEAN. 

Sampai pertengahan tahun 90-an, ASEAN dianggap sebagai organisasi regional yang sukses di dunia. Itu terlihat dari cepatnya pembangunan ekonomi dan keamanan regional di kawasan Asia Tenggara. Sebelumnya banyak orang berpendapat bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan kawasan yang mempunyai karakteristik seperti kawasan Balkan di Eropa yang rawan dengan konflik. Hingga di tahun 1997 saat krisis ekonomi Asia ikut menghantam Asia Tenggara stabilitas perekonomian dan keamanan di kawasan Asia Tenggara pun mulai kembali terganggu.

ASEAN WAY
ASEAN sebagai organisasi regional Asia Tenggara memiliki beberapa aspek penting dalam pembentukannya. ASEAN juga mempunyai identitas tersendiri dalam membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah yang disebut dengan ASEAN way.

ASEAN way tercantum di dalam dokumen resmi ASEAN seperti ASEAN Declaration (1967) ) dan The Treaty of Amity and  Cooperation in Southeast Asia (1976), yang di dalam dokumen- dokumen tersebut berisi tentang norma- norma serta serangkaian prosedur yang harus dilakukan dan dijalankan jika terjadi konflik antar negara di kawasan ASEAN.

ASEAN way merupakan cara bagaimana Negara- Negara ASEAN mengatasi konflik diantara mereka dengan mengedepankan prinsip musyawarah (dialogue) dan mufakat  (consensus) sebagai norm dan order. ASEAN way diberlakukan di dalam sebuah forum yang dibentuk oleh Negara- Negara ASEAN dalam upaya penyelesaian konflik yang dinamakan ASEAN Regional Forum (ARF). Dalam melakukan penyelesaian konflik tersebut ASEAN way mengedepankan dua prinsip yaitu prinsip Preventif Diplomacy dan prinsip Non-intervensi.

ASEAN way bertujuan untuk menciptakan keteraturan hubungan antar Negara ASEAN untuk mencegah konflik yang sering terjadi di kawasan multietnis seperti di kawasan Asia Tenggara ini. Dalam hal ini ASEAN way dapat berperan menjadi alat stabilitas regional di kawasan Asia Tenggara.
Musyawarah merupakan pengambilan keputusan melalui diskusi dan konsultasi, sementara mufakat merupakan proses pengambilan keputusan yang membahas permasalahan secara bersama- sama demi mencapai kesepakatan yang disepakati bersama.

Musyawarah dan mufakat dapat diidentifikasikan sebagai bagian dari budaya Asia Tenggara yang telah dipraktekan selama berabad- abad di kawasan Asia Tenggara. Selama berabad- abad juga Musyawarah dan Mufakat memainkan peranan penting dalam menghasilkan keputusan di wilayah Asia Tenggara terutama dalam memainkan peran dalam politik desa.

Selain prinsip Musyawarah dan Mufakat, atas latar belakang historis yang sama dimana Negara- Negara ASEAN mengalami kelangkaan kedaulatan selama puluhan bahkan ratusan tahun karena penjajahan,  ASEAN way menganut prinsip non-intervensi. Dimana Negara- Negara ASEAN tak berhak melakukan intervensi atau ikut campur dalam urusan Negara tetangga di wilayah ASEAN. ASEAN juga sebagai organisasi tidak berhak ikut campur terlalu jauh dalam permasalahan internal maupun bilateral yang dihadapi oleh Negara- Negara anggotanya.

ASEAN way yang pada dasarnya merupakan identitas yang patut dibanggakan ternyata mempunyai sisi buruk layaknya dua sisi dalam mata uang. ASEAN way dinilai memiliki beberapa kelemahan yang fundamental, dimulai dari persoalan kesamaan identitas regional yang masih diragukan, apalagi jika melihat permasalahan internal di beberapa Negara anggota, masih dapat ditemukan konflik antar etnis didalamnya, hingga kritik-kritik terhadap prinsip ASEAN Way menjadi dilematis jika dihadapkan pada kasus-kasus tertentu di era globalisasi seperti sekarang ini.

Selanjutnya adalah prinsip non-intervensi, prinsip ini dianggap membuat ASEAN menjadi tumpul dan tak mempunyai taji yang dapat membuat permasalahan- permasalahan di kawasan Asia Tenggara semakin larut dan tak dapat terselesaikan.

Hal- hal ini lah yang membuat ASEAN berbeda dengan organisasi- organisasi regional lainnya, dimana ASEAN lebih mengedepankan cara diplomasi untuk menyelesaikan masalah dibanding dengan harus menyelesaikan masalah di meja perundingan yang melibatkan tawar-menawar dan mengambil hasil yang berlaku di pengadilan.





[1]



[i] Hall, D.G.E., 1988, Sejarah Asia Tenggara.Hal 3
[ii] Koesrianti, The Development oF The ASEAN Trade Dispute Settlement Mechanism: From Diplomacy To Legalism. Hal 9

Wednesday, 31 July 2013

International You Day: Sebuah Ode Untuk Tony Sly

Sebagai anak muda yang lahir di era 90an dan mengenal musik punk siapa yang tak terpesona dengan lirik dan musik yang dibuat oleh Tony Sly. Pemilihan lirik dengan diksi- diksi yang indah dan dibalut dengan nada- nada minor, cukup membuat musik punk begitu melankolis di telinga.

Berkenalan dengannya di album More Betterness dalam sebuah kaset yang dibeli di Dewi Sartika, hasil tabungan uang jajan satu minggu saat saya masih duduk di kelas dua SMP, cukup membuat takjub telinga saya waktu itu. Not Your Savior yang menjadi lagu pembuka, berhasil mengoyak- ngoyak hati dan telinga saya.

1 tahun yang lalu, begitu terkejutnya saya saat linimasa di twitter mengabarkan bahwa frontman No Use For A Name ini wafat saat sedang melakukan tur bersama kolega sekaligus sahabatnya sejatinya Joey Cape. Status bbm pun penuh dengan ucapan belasungkawa seolah- olah ia adalah seorang teman lama yang cukup kami kenal. Berempati pada keluarganya yah, mungkin. Tapi yang pasti kami bakal merindukan karya- karyanya yang begitu indah.

Saya tak mengenalnya secara pribadi, tapi karya- karyanya cukup memberi warna di masa ABG saya. Yah itu yang menjadi alasan bahwa saya akan merindukannya. Dan saya cukup beruntung pernah menyakasikan ia tampil didepan kedua mata saya.

Terima kasih Tony Sly atas nada- nada dan lirik- lirik sendu bernuansa politiknya, you're already missed!


Tuesday, 30 July 2013

Pejalan Kaki Silahkan Minggir!



Beberapa hari yang lalu saya mempunyai pengalaman yang terbilang agak kurang mengenakan, sumpah serapah dari beberapa pengendara motor yang tak tahu diri dan menggunakan segala cara untuk pulang ke rumah mereka  agar  dapat berbuka puasa bersama keluarga termasuk dengan merampas hak orang lain.

Yap, merampas hak orang lain. Saya yang sedang berjalan di atas trotoar bermodalkan pemutar lagu dan earphone ditelinga disebut bonge, torek, budek dan segala hinaan yang mereka lontarkan agar saya memberi jalan bagi mereka.

Beberapa ratus meter ke depan saya diteriaki  hal yang hampir serupa oleh pengendara mobil saat hak ‘lintas’ saya di trotoar direbut secara paksa oleh pedagang kaki lima yang membuat saya terpaksa berjalan di atas aspal dan mengganggu kelancaran lalu lintas di jalanan tersebut..

Pertanyaannya, dimana pedestrian seharusnya berada?   Apa kah pejalan kaki mempunyai hak untuk berjalan di atas trotoar?

Dalam pasal 26  Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 disebutkan setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi perlengkapan jalan berupa fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki dan penyandang cacat. Di dalam UU itu juga disebutkan bahwa pemerintah daerah wajib menyediakan trotoar untuk pejalan kaki. 

Tapi faktanya, fasilitas yang seharusnya diperuntungkan bagi pejalan kaki justru digunakan oleh PKL dan terkadang beralih fungsi sebagai jalur darurat untuk pengendara motor yang tak mempunyai etika dalam berkendara. Pejalan kaki justru teralienisasi dari tempat ia seharusnya berada dan realitas itu dapat anda temukan di hamper seluruh kota besar di Indonesia,  sebuah dilema yang harus ditanggung oleh pejalan kaki di Negara ini,  khususnya di kota- kota besar di Indonesia.

Entah siapa yang mempunyai dosa pertama, PKL, pengendara motor atau aparat penegak hokum yang acuh tak acuh menegakan aturan.  Tapi yang pasti hak – hak kita sebagai pejalan kaki sudah dirampas sejak dalam pikiran dan perampasan hak di Negara ini adalah hal yang lumrah. Jangankan hak untuk berjalan kaki di area public toh hak kebebasan untuk menganut sebuah kepercayaan pun sering kita abaikan di Negara ini.

Selama anda mempunyai uang, kekuasaan dan membayar setoran anda dapat berlaku seenaknya. Dan, ah yah saya lupa bahwa saya sedang berada di Indonesia.




Tuesday, 9 July 2013

Mempertahankan Keyakinan



Sudah hampir 10 tahun saya berjalan lurus menuju tepi, dan disetiap persimpangan yang saya lewati selalu ada pikiran untuk membelokan keyakinan. Semakin besar keinginan untuk membelokan keyakinan, semakin besar pula keinginan untuk mempertahankan keyakinan.

Sore tadi, disebuah warung kopi lusuh dibilangan Dayang Sumbi saat saya bercerita bagaimana Ray Cappo mempesona hati saya, seorang teman bertanya. Mengapa bias saya bertahan mempertahankan apa yang saya yakini dimana disaat yang sama saya dibombardir oleh rayuan untuk meninggalkan apa yang saya yakini.

Yah, memang bukan perihal mudah mempertahankan keyakinan dimana orang- orang yang berada disekitar kita justru bersebrangan dengan kita, beberapa diantaranya secara tidak langsung justru mencoba meruntuhkan apa yang selama ini telah kita yakini. Beberapa dari mereka bahkan berkata bahwa apa yang saya yakini akan runtuh dengan sendirinya saat saya memasuki periode dimana saya disebut dewasa.

Saya sama seperti mereka, punya nafsu sebagaimana layaknya manusia, dan layaknya manusia bukan hal yang mudah untuk melawan nafsu yang datang dari segala penjuru. Entah apa yang membedakan saya dengan mereka tapi bagi saya memuaskan nafsu adalah suatu yang sia- sia, nafsu yang lain akan datang menggantikan nafsu yang telah terpuaskan.

Terlalu naif untuk menampikan kausa dan makna yang saya yakini ini karena takut tuhan, tapi jauh sebelum berurusan dengan tuhan, sangat risih bagi saya untuk hidup dengan sesuatu yang tidak saya yakini. Dalam konteks apapun, saya selalu berpegang teguh pada prinsip “Lebih baik mati dibanding harus berkompromi”. Dan saya sama sekali tidak peduli walau pun nanti saya harus hidup sendiri, toh selama ini saya selalu menikmati momen kesendirian didalam keramaian dan setidaknya saya bias hidup dengan apa yang saya yakini dibanding harus berkompromi.

Diperjalanan pulang, playlist band- band straight edge saya putar sepanjang perjalanan, hingga akhirnya lagu Hatebreed yang berjudul Honor Never Dies  secara tak sengaja terlintas untuk menjadi soundtrack yang pas hari untuk sore tadi.  

Jika hidup itu pilihan maka setiap orang bebas memilih jalan hidupnya masing- masing, bukan?.
Standing for what you believe means standing alone. - Jamey Jasta

note: Hatebreed bukanlah band straight edge 

Wednesday, 22 May 2013

Cinta Itu Anarki, Begitu Anarki!

Cinta itu anarki, tak ada yang berhak mendikte seseorang untuk suka atau tidak suka dalam menjatuhkan hati pada individu yang dipujanya. Urusan dia suka atau tidak itu urusan dia. Tak ada kelas dalam cinta, begitu juga dalam anarki, kesamaan dan perbedaan tidak mempunyai ruang dan batas, keduaya sama- sama indah.

Cinta berada satu tingkat diatas logika, hubungannya erat dengan emosi, bersemiotika, paradoks dan juga raja tega. Jika di-isme-kan maka penganutnya adalah seluruh umat manusia


Saya berada dalam awan kebingungan dalam mengekspresikan perasaan saya saat ini, bahkan teori dekonstruksi Derrida pun tak mampu menerjemahkan awan- awan itu, maklum sudah sangat lama saya memilih absen dalam hal seperti ini. Bukan karena trauma (cih), tapi seperti yang Nietszche katakan: cinta itu erat dengan ketamakan-- keduanya menyampaikan hal yang sama; rasa ingin memiliki (hasrat). Dan selama ini saya mencoba menjauhi apa yang namanya "hasrat".


Tapi kali ini berbeda, jika dulu saya selalu membawa- bawa cambuk seperti yang Nietszche sarankan jika ingin mendekati atau berdekatan dengan wanita, sekarang saya mulai memikirkan perkataan Sartre, walau menurutnya memikirkan apa yang Ia katakan berarti saya tidak melakukannya.


Yah, saya memang tidak melakukannya, tapi untuk memperhalus apa yang seharusnya, saya memang baru akan memulainya (lagi).


Sulit memang mendeskripsikan kata cinta secara utuh, karena banyak kisah cinta yang tak mempunyai ending se-happy ending kisah cinta dalam cerita Disneyland atau Hollywood. Bahkan beberapa diantaranya berakhir tragis.

Bagaimana Nietszche dengan Zharathusta-nya, Ia berhasil membunuh tuhan tapi apa daya Ia lalu mati karena cinta yang tak sampai, Ia terjebak dalam perkataannya sendiri, bermain- main dengan perempuan (Lou Salome) yang menurutnya adalah sesuatu yang menyeramkan sekaligus membahayakan. Salome lebih memilih Ree dibanding Nietszche, dan tentu saja bukan hak Nietszche untuk memaksa Salome mencintai dirinya dibanding Ree. Nietsczhe menderita, Ia mati terbunuh dalam sepi.


Memang, terlalu sulit menisbikan cinta pada manusia, toh pembunuhan pertama di dunia hadir gara- gara cinta. Qabil rela membunuh sodaranya Habil demi mendapatkan cinta Iqlima, yang menurutnya Iqlima lebih rupawan dibanding dengan Lubuda.

Sama seperti revolusi, cinta juga butuh darah, butuh pengorbanan, butuh tindakan yang nyata dan bukan hanya sekedar ungkapan yang terdiri dari tiga kata. Sama seperti anarkisme, cinta juga dalam sejarahnya kerap bersinggungan dengan kekerasan dan pemberontakan.


Yah, memang, terkadang cinta hanya dapat berbicara dengan selongsong peluru, bukan?


Sunday, 17 March 2013

Trequartista Yang Bertenaga


Ada yang menarik jika kita mengamati tren sepak bola Eropa khususnya liga Italia Serie-A dalam beberapa musim terakhir, peran trequartista  yang biasanya diperankan oleh pemain yang mempunyai teknik individu ciamik dengan visi permainan yang tinggi kini berubah, posisi yang identik dengan nomor 10 ini kini lebih banyak diperankan oleh pemain yang  lebih mengandalkan power seperti Fredy Guarin, Arturo Vidal, Michael Bradley, Kevin Boateng atau peran yang dimainkan oleh Fellaini di Everton.


Lihat lah liga Italia Serie-A dewasa ini, susah untuk menemukan the claasic number 10, tim- tim Serie- A kini lebih sering menggunakan pemain yang lebih bertenaga dan runner sebagai trequartista. Dengan kemampuan dribble, lari dan power, mereka diharapkan dapat membuat serangan balik yang mematikan.

Trequartista model anyar ini sebenarnya sudah pernah diperankan oleh Mario Mandzukic dan Boateng musim lalu, keduanya memang bukan tipe trequartista klasik seperti Totti atau Roberto Di Baggio, tapi belakangan ini, generasi anyar dari trequartista ini sedang tren dibeberapa tim besar Eropa.

Saat memainkan peran ini di Milan, Boateng diledek Sneijder bahwa nomer 10 hanya layak digunakan oleh para pengatur serangan yang mempunyai imajinasi tingkat tinggi.

Peran yang dinamai Powerhouse Trequartista atau Suffoco oleh beberapa pandit sepak bola luar ini bermain dibelakang striker layaknya trequartista, tapi dibanding memainkan perannya sebagai kreator serangan para pemain yang memerankan posisi ini lebih berguna jika dipakai untuk menekan lawan untuk mencegah lawan mereka memebangun serangan dari belakang dan akan sangat berguna ketika tim mereka membutuhkan serangan balik untuk membunuh lawannya seperti yang dilakukan oleh Felliani saat Everton melawan Manchester City kemarin.

Di Inter, Fredy Guarin di plot untuk menggantikan peran Sneijder yang kehilangan daya majisnya setelah mengalami musim yang hebat di tahun 2010, Ia memang bukan tipe trequartista seperti Sneijder, Guarin adalah seorang pelari yang lebih mengandalkan fisik dalam membantu serangan timnya dan tentu saja daya imajinasinya tak sekeren Sneijder. Tapi justru itu, kemampuan Guarin dalam melakukan dribble dan tackle membuat Ia layak disebut Powerhouse Trequartista. Ia sering menekan lawan untuk mencegah mereka membangun serangan dari belakang, Michael Bradley sering memainkan peran ini saat Roma masih dilatih oleh Zdenek Zeman.

Di Liga Inggris, pemain- pemain dengan peran ini diperankan oleh Moussa Sissoko, Felliani dan Michu minus Yaya Toure,  jika peran Yaya Toure  di City tidak dapat dimasukkan kedalam kelompok trequartista generasi baru ini.

Lahirnya generasi baru trequartista ini menandakan bahwa perkembangan taktik di sepak bola berkembang semakin pesat yang tentunya membuat olah raga ini semakin menarik untuk dinikmati.